Arti Pemimpin dalam Islam

risalah raji, pemimpin muslim

Sering kita dibuat bingung dengan ungkapan "lebih baik pemimpin kafir tapi tidak korupsi daripada pemimpin muslim tapi korupsi".

Bingung bukan? Lalu seperti apa kita sebagai muslim harus menjawab?

Mari kita tengok seperti apa kriteria pemimpin yang telah Islam ajarkan.

Pertama, tentu kita sudah tak asing dengan cita-cita kaum muslimin terhadap suatu bangsa, menjadikan bangsa tersebut bangsa yang dicirikan Allah SWT, "Baldatun thayyubatun wa Rabbun Ghafur" dalam surat Saba' ayat 15. Betapa indah bangsa yang memiliki predikat tersebut.

Kaum Saba', kaum yang negerinya diberi predikat itu oleh Allah. Sayangnya akibat kekufuran mereka, dalam ayat selanjutnya Allah ceritakan bagaimana mereka ditimpakan banjir besar yang memusnahkan seluruh kenikmatan negerinya yang sebelumnya Allah telah anugerahi.

Kalau kita perhatikan dalam predikat negeri yang diimpikan "Baldatun thayyubatun wa Rabbun Ghafur" ini ada dua unsur.

Yang pertama adalah Baldatun thayyibah, negeri yang baik. Negeri yang baik kalau mau kita artikan sudah pasti baik secara akal manusia. Definisi lain bisa berarti sejahtera, makmur, berdikari, tanahnya subur, alamnya ramah, dan segala definisi kebaikan. Baik artinya tidak mungkin buruk dan bagaimanapun kita menggambarkan kebaikan itu pasti kita setuju bahwa hal itu baik dan kita semua menginginkannya.

Kedua, wa Rabbun Ghafur, tak cukup hanya dengan negeri yang baik. Seorang Firaun yang kafir dan sombong pun bisa mendatangkan kesejahteraan bagi bangsanya. Hartanya melimpah, mudah baginya menghapus kemiskinan. Tapi Allah cirikan bangsa yang diimpikan itu adalah bangsa yang tidak hanya baik kondisinya, tetapi Allah ridho dengan bangsa tersebut. Di sinilah pentingnya masyarakat dan pemimpin bertaqwa kepada pencipta-Nya. Semua peraturan dan perilaku masyarakat di negeri tersebut dicintai dan diridhoi Allah.

Dari sini kita tahu arti penting doa yang diajarkan nabi Muhammad saw, waj'alna lil muttaqiina imama, dan jadikanlah kami imam (pemimpin) bagi orang-orang yang bertaqwa. Tidaklah pemimpin orang yang bertaqwa itu kecuali adalah orang yang paling bertaqwa di antara mereka, seperti halnya pemimpin orang-orang kuat adalah orang yang paling kuat di antara mereka. Lantas tidak mungkin suatu negeri mencapai predikat ini kalau pemimpinnya saja tidak bertaqwa bahkan kafir.

Ibnu Katsir seorang ulama tafsir yang sangat terkenal dan diakui mengomentari tentang kalimat Rabbun Ghafur: "yaitu ampunan kepada kalian jika kalian tetap meng-esa-kan Allah."

Kemudian dalam penjelasan lain Allah SWT memberikan ciri seorang pemimpin yang baik adalah kuat dan amanah (dapat dipercaya).

Inilah yang dimiliki nabi Musa AS Tatkala Allah SWT berfirman mengisahkan puteri Nabi Syu'aib yang berkata:

"Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: "Ya bapakku ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya". (QS. Al-Qasas: 26)

Kuat secara fisik, kuat secara akal, dan kuat rohaninya lalu dia dapat dipercaya, gelar Nabi Muhammad SAW yang bahkan diberikan oleh musuhnya sendiri, Al-Amin, yang dipercaya.

Fisik prima, penampilannya meyakinkan sebagai seorang pemimpin, memiliki integritas, cakap dan paham mengelola negara, bisa memberikan solusi bukan memperkeruh masalah, kemudian senantiasa bergantung pada Tuhannya.

Seperti itulah arti pemimpin yang layak memimpin orang-orang bertaqwa "Waj'alna lil Muttaqiina Imama" dan kelak negerinya akan menjadi "Baldatun Thayyibah wa Rabbun Ghafur". Negerinya baik, pemimpinnya santun, dan sejahtera serta bahagia rakyatnya.
__________________
sumber gambar: pinterest.com

@rajimaulah

Aku adalah murid bagi siapa saja yang mau mengajarkanku kebaikan. Terima kasih telah berkunjung dan membaca. Silakan share jika bermanfaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar