Mahasiswa dan Pilkada Jakarta

Sebenarnya apa sih yang dirisaukan warga Jakarta menjelang Pilkada 15 Februari nanti? Apa saja yang ditawarkan masing-masing calon gubernur Jakarta? Manakah calon yang betul-betul mau memperbaiki Jakarta?

Sebagai mahasiswa harusnya lo udah tahu jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tadi. Ya, jangan kira mahasiswa tak punya peran dalam pagelaran pilkada ini. Ini penting, Karena Jakarta adalah ibukota. Lihat saja semua mata sekarang tertuju pada Pilkada DKI. Siapa sih yang lupa dengan sejarah? Mahasiswa selalu terdepan dalam perubahan di negeri ini. Wajar, karena mahasiswa itu kritis, berani, dan jauh dari iming-iming uang dan kekuasaan. Mereka tulus berjuang. Ya kecuali lo masuk kategori mahasiswa anak layangan, mungkin gak akan banyak tahu dan peduli.

Tapi menurut gue, sudah saatnya mahasiswa khususnya di Jakarta ambil peran. Udah ga zaman lagi mahasiswa skeptis dengan politik, pura-pura gak peduli, giliran rakyat menjerit, rumah-rumah digusur dengan tidak manusiawi, pengusaha ketawa-ketawa nikmatin hasil reklamasi, kita baru kebakaran jenggot. Ingat bro, mahasiswa selalu terdepan mengawasi pemerintahan. Mahasiswa selalu maju memperjuangkan nasib rakyat!

Semoga lo, gue, dan para mahasiswa lainnya udah ga bingung lagi harus ambil peran apa di Pilkada ini. Gue yakin itu.
Dan menurut gue ada beberapa hal sederhana yang bisa kita lakukan sebagai mahasiswa:

Pertama, lo harus buka mata selebar-lebarnya dan tatap Pilkada yang tinggal menghitung hari ini. Cermati, amati, ikuti. Kita bisa lihat kok apa di balik siapa, dan siapa di balik apa. Maksud gue, yang namanya politik adalah kepentingan. Tinggal siapa mementingkan apa. Mementingkan rakyat kah atau bukan? Sadar bahwa di Pilkada ini kita harus ambil peran.

Kedua, tentukan pilihan. Sebagai mahasiswa lo udah harus tahu mana calon pemimpin yang terbaik. Jangan cari malaikat bro di Pilkada ini. Semua calon gue yakin pasti punya kekurangan. Tinggal kita cari siapa yang terbaik di antara yang baik, atau siapa yang paling sedikit buruknya di antara yang buruk. Dan jangan lupa, dia mau memperjuangkan siapa, dan siapa orang-orang di baliknya. Ya namanya juga politik, udah ga bisalah mahasiswa dibodohi dengan pencitraan. Dan gue pribadi melihat di Pilkada ini ada tiga poros besar, yang satu mewakili Amerika, yang satu mewakili China, dan satu lagi mewakili Indonesia. Ya itu sih opini gue.

Ketiga, setelah lo yakin, jangan puas sampai di situ aja. Lo harus ajak teman-teman lo, buat mereka juga yakin kaya lo. Gimana caranya? Sekarang zaman canggih, lo cuma duduk aja udah bisa bro. Manfaatin teknologi, gadget, media sosial, blog, komunitas, dan lain-lain. Dan perlu kita sadari, sebagian pemilih DKI adalah pemilih muda, yang mayoritasnya adalah mahasiswa, yang lo tahu mahasiswa ga lepas dari internet dan media sosial. Manfaatkan itu.
"Loh ngapain gue repot-repot ngajak orang?" Yaelah bro, kalo cuma lo seorang doang milih calon yang lo yakin dia yang terbaik, percuma aja, yang akan menang adalah yang paling banyak suaranya. Ingat kan pemilu Amerika beberapa waktu lalu? Rakyatnya pada pengen Hillary yang menang, tapi nyatanya apa? Trump yang naik. Karena apa? Karena dia yang dapat suara terbanyak, akhirnya sekarang demo di mana-mana. Ya namanya juga demokrasi, begitulah kenyataannya.

Terkahir, 15 Februari buat lo yang ber-KTP Jakarta, jangan sampai kehilangan hak suara lo. Dateng ke TPS. Jangan golput. Sekarang lo bisa lihat orang-orang yang matanya cuma bisa lihat duit berbondong-bondong pada milih. Yang dicari duitnya doang, gak peduli siapa yang dipilih, yang penting kantong tebel. Lo gamau kan mereka-mereka pada milih sementara lo yang tulus mencari pemimpin sejati ga milih?

So, pilkada bukan cuma urusan orang-orang tua, bukan cuma kepentingan elit politik, tapi lo sebagai mahasiswa punya peran besar di pemilu. Untuk rakyat Indonesia, untuk Jakarta yang lebih baik, hidup mahasiswa!

Unknown

Aku adalah murid bagi siapa saja yang mau mengajarkanku kebaikan. Terima kasih telah berkunjung dan membaca. Silakan share jika bermanfaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar