Senja yang Resah

Duhai, resahnya sore melepas mentari. Lambat laun cahayanya meredup, pergi ditelan ufuk. Tanpa pamit. Tak ada daya mencegahnya walau sejenak. Tatapku hanya bisa kosong merelakan. Berharap esok jumpa kembali.

Beriringan perginya senja, awal keresahan menghampiri. Hiruk pikuk mulai memenuhi semesta. Padahal setahuku malam membawa sunyi. Tapi di kesendirian justru resah yang kurasa. Ingin rasanya menagih senja, apa yang ia ambil dariku!?

Kunyalakan lentera, coba membakar gundahgulana. Celaka, tak satupun yang menjadi tenang. Ini semakin bergejolak. Malang, resah membuatku lupa akan api. Dasar sifat api!

Kupukul gila ini. Mencoba sadar apa yang hilang. Tidak, akal ini sadar, tapi resah membuatnya buta. Tenyata gelap malam mengambil semua cahayanya. Memupus secercah cahaya yang menghiasi temaram. Kupukul gelap ini, tapi ia menjadi-jadi. Esok kutagih senja!

Semakin menjadi-jadi, bingung pun menghampiriku. Ia tak sendiri. Di penghujung keresahan dan hilangnya asa, ia datang memperkenalkan sesal. Meraih mendekap, mengajariku tunduk, memacu keresahanku, hingga batasnya, lalu di luar sadarku menitikkan air mata. Gejolak resahku seketika padam.

Unknown

Aku adalah murid bagi siapa saja yang mau mengajarkanku kebaikan. Terima kasih telah berkunjung dan membaca. Silakan share jika bermanfaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar