Cahaya di Malam Syahdu

Temaram di jalan itu, kau lihatkan?
Betapapun sunyi menyelimuti ia tetap bercahaya.
Aku selalu memandangnya malu-malu, tak berani menampakkan diri.
Diam-diam kutahu bagaimana ia melukis angin malam, kutahu bagaimana ia merangkai gelap jadi indah, bahkan kutahu bagimana ia bersenandung me-ninabobo-kan purnama.
Sampai seluruhnya sepi nan syahdu, lalu perlahan ia memulai munajat.
Langit seketika berbaris membukakan pintunya.
Sayap-sayap kesunyian mulai mengepak merdu menanti lirih kata yang siap dihantarkan ke cakrawala tertinggi.
Dedaunan berbisik takut mengganggu kalau akan mengganggu.
Mulailah ia lirih mengucap, memanggil, dan menyeru Tuhannya.
Ia menengadah, mengetuk pintu-pintu langit, membuka jalan-jalan langit, mengguncang bisik-bisik malaikat.
Sampai tetes dari kedua mata mulianya menggetarkan seluruh jagad, membuat penduduk langit hiruk-pikuk.
Sementara Tuhannya sedari awal mendengar, mendekati, dan mengasihi.
Robbigfirli, Tuhannya lantas mengampuni.
Irhamni, Tuhannya lantas mengasihi.
Ihdini, Tuhannya lantas memberinya petunjuk.
Lalu firman-Nya menyeru; "Pintalah, akan aku kabulkan".
Seketika ruang langit dan bumi sesak dengan rahmat-Nya.
Entah berapa mimik takjub terlontar dari rautku.
Ingin esok kembali kusaksikan peristiwa menakjubkan ini, maukah engkau?

@rajimaulah

Aku adalah murid bagi siapa saja yang mau mengajarkanku kebaikan. Terima kasih telah berkunjung dan membaca. Silakan share jika bermanfaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar