Refleksi Pergantian Tahun


Dengan mudah kita memahami makna pergantian. Pada hakikatnya pergantian adalah mengeluarkan sesuatu dari sebuah ruang dan memasukkan sesuatu yang lain pada ruang tersebut. Pergantian tidak dapat terjadi tanpa ada sesuatu yang dikeluarkan dan dimasukkan.

Secara sederhana bisa digambarkan dalam ilustrasi pemain bola. Pergantian dilakukan karena dalam peraturan permainan sepakbola hanya boleh bermain dalam lapangan sejumlah sebelas orang, ketika kita ingin memasukkan pemain lain, maka harus ada yang dikeluarkan sehingga dalam lapangan tetap berjumlah sebelas orang yang bermain dalam satu tim. Kalaulah aturan main di dalam lapangan bisa menampung lebih dari sebelas orang maka tidak perlu ada yang dikeluarkan, dan tidak disebut sebagai pergantian.

Begitu pula jika kita ingin mengganti isi segelas susu dengan kopi, maka harus ada bagian susu yang dikeluarkan sehingga kita dapat memasukkan bagian kopi, sebagian atau seluruhnya. Ini semua karena keterbatasan ruang yang ada untuk menampung, maka terjadilah pergantian.

Hal serupa juga dialami waktu, sejak awal diciptakannya semesta, Allah telah menetapkan akhirnya yang disebut ajal, maka dari awal penciptaan sampai ajal itulah yang disebut ruang waktu dunia, yang tentu dengan ini kita paham bahwa ruang ini punya batas. Apa batasnya? Sejak awal penciptaan sampai ajal.
(لِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌ ۚ إِذَا جَاءَ أَجَلُهُمْ فَلَا يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً ۖ وَلَا يَسْتَقْدِمُونَ)
"Bagi setiap umat mempunyai ajal (batas waktu). Apabila ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan atau percepatan sesaat pun." (QS. Yunus: 49)
Pada konteks ini kita harus selalu mengulang ingatan akan kematian sebagai batas waktu kita.

Maka tatkala ada pergantian waktu, akan ada waktu lain yang dikeluarkan kemudian ada waktu lain yang dimasukkan dalam ruang waktu ini. Pergi yang lama kemudian datang yang baru menggantikan. Hal ini dikarenakan Allah telah menetapkan ruang waktu yang terbatas, sehingga ketika ada waktu yang datang harus ada yang pergi. Di akhirat kelak, ruang waktu itu menjadi tidak terbatas dan sangat luas. Maka perbandingan ruang waktu dunia dan akhirat pun sangat jauh.
(وَإِنَّ يَوْمًا عِنْدَ رَبِّكَ كَأَلْفِ سَنَةٍ مِمَّا تَعُدُّونَ)
"Dan sesungguhnya sehari di sisi Tuhanmu adalah seperti seribu tahun menurut perhitunganmu." (QS. Al-Haj: 47)

Dalam penanggalan Masehi, kita telah berada pada penghujung tahun 2017 dan akan datang tahun baru 2018. Ruang waktu dunia yang sempit ini memaksa hari-hari 2017 menepi dan siap menampung kedatangan hari-hari 2018. Bulan demi bulannya, pekan demi pekan, hari demi hari, jam, bahkan detiknya akan berlalu silih berganti. Semua saling tukar-menukar berganti posisi mengisi ruang waktu ini.

Keterbatasan ruang waktu inilah yang harusnya membuat kita sadar, bahwa hidup ini penuh pergantian. Roda kehidupan memutar yang di atas untuk ke bawah, dan kelak yang di bawah akan naik ke atas. Mungkin kita sedih saat ini tapi kelak kita mencicipi manisnya kebahagiaan. Mungkin saat ini kita terpuruk, namun ada masanya kebangkitan itu kita rasakan.

Keterbatasan ruang waktu ini juga yang mengingatkan kita, bahwa kita harus senantiasa mempersiapkan diri akan pergantian. Seorang pemain bola harus sadar bahwa saat ia tak cukup stamina dan tak bermain baik, maka pelatih akan segera mengantikannya. Kita pun begitu dalam hidup, jika peran dan manfaat kita sudah tak lagi ada, Allah akan menggantikan peran kita, dan akan dilakoni oleh orang lain. Menggantikan atau tergantikan.
Maka, jagalah daya kebermanfaatan kita, rebut setiap peluang kebaikan, dan buktikan bahwa kita layak mengisi peran sebagai kholifah di muka bumi. Bukankah hidup ini adalah kompetisi melakukan kebaikan?

(وَإِنْ تَتَوَلَّوْا يَسْتَبْدِلْ قَوْمًا غَيْرَكُمْ ثُمَّ لَا يَكُونُوا أَمْثَالَكُمْ)
"Dan jika kamu berpaling (dari jalan yang benar) Dia akan menggantikan (kamu) dengan kaum yang lain, dan mereka tidak akan (durhaka) seperti kamu (ini)." (QS. Muhammad: 38)

(يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا مَنْ يَرْتَدَّ مِنْكُمْ عَنْ دِينِهِ فَسَوْفَ يَأْتِي اللَّهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ أَذِلَّةٍ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ أَعِزَّةٍ عَلَى الْكَافِرِينَ يُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَلَا يَخَافُونَ لَوْمَةَ لَائِمٍ ۚ ذَٰلِكَ فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ ۚ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ)
"Wahai orang-orang yang beriman! Barangsiapa di antara kamu yang murtad (keluar) dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum, Dia mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya, dan bersikap lemah lembut terhadap orang-orang yang beriman, tetapi bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah yang diberikan-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Mahaluas (pemberian-Nya), Maha Mengetahui." (QS. Al-Maidah: 54)

(وَتِلْكَ الْأَيَّامُ نُدَاوِلُهَا بَيْنَ النَّاسِ وَلِيَعْلَمَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَيَتَّخِذَ مِنْكُمْ شُهَدَاءَ ۗ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ الظَّالِمِينَ)
"Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran), dan agar Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) dan agar sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada. Dan Allah tidak menyukai orang-orang zhalim." (QS. Ali Imran: 140)

Begitulah sunnah (ketetapan) pergantian. Adakah kita siap?
_____
Sumber gambar: www.sujanpatel.com

Unknown

Aku adalah murid bagi siapa saja yang mau mengajarkanku kebaikan. Terima kasih telah berkunjung dan membaca. Silakan share jika bermanfaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar