Parameter Ketakwaan

Ramadhan memiliki visi besar; agar orang yang berpuasa menjadi bertakwa.
Lalu seperti apa ciri-ciri orang yang bertakwa?

Mari buka Al-Quran surat ke dua ayat 2 sampai 4. Allah mengawali surat Al-Baqarah dengan sebuah persembahan; Al-Quran, petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa.

1. Maka poin pertama adalah, orang bertakwa adalah yang senantiasa menjadikan Al-Quran sebagai petunjuk.
Ahlul quran adalah orang yang paling dekat pada sifat takwa. Tidak hanya membacanya, tetapi memaknai dan mengamalkannya, bahkan lebih dari itu, turut mengajarkannya. Senantiasa tempat kembali mencari pedoman adalah Al-Quran tanpa keraguan sedikitpun. Maka jika masih jauh dari Al-Quran, jauh pula kita dari sifat takwa. Maka jika masih ragu dengan Al-Quran, diragukan pula ketakwaan kita.

ذَٰلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ ۛ فِيهِ ۛ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ

"Kitab (Al-Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa." (QS. Al-Baqarah: 2)

Kelanjutan ayat ini langsung secara jelas menjawab pertanyaan siapa orang-orang yang bertakwa itu? Siapa orang-orang yang mendapat petunjuk dari Al-Quran yang tak ada keraguan di dalamnya?

2. Maka ciri kedua orang yang bertakwa adalah beriman kepada yang ghaib.
Rukun iman yang enam ia betul-betul yakini dengan keyakinan penuh, membenarkan dalam hati, mengikrarkan dengan lisan, dan dibuktikan dalam perbuatan.

3. Ciri ketiga adalah senantiasa mendirikan shalat
Kata kerja dalam ayat ini menggunakan fi'il mudhori' yang mengandung makna present continuous, berkelanjutan. Jadi tak ada ketakwaan pada orang yang shalat hanya sesekali, seperti hanya di hari Jumat saja, atau hanya di bulan Ramadhan saja. Bagi orang-orang yang bertakwa, selesai sudah masalah shalat wajib, ia kemudian menambah dengan shalat-shalat sunnah sebagai penyempurna.

4. Ciri ke empat, masih di ayat yang sama, menginfakkan rezekinya
Inti dari poin ini adalah ibadah sosial. Ulama senantiasa mengingatkan, tak ada ketakwaan hanya dengan ibadah ritual tanpa disertai ibadah sosial, insya Allah akan dijelaskan selanjutnya.

الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ
"(Orang-orang yang bertakwa yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib, melaksanakan shalat, dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka." (QS. Al-Baqarah: 3)
Ayat ini merangkum aqidah, ibadah, dan muamalah.
Maka orang-orang yang bertakwa adalah yang selamat aqidahnya, benar ibadahnya, dan baik muamalahnya.


5. Ciri kelima adalah beriman kepada Al-Quran dan kitab-kitab terdahulu.
Mengenai Al-Quran telah kita bahas.
Adapun iman terhadap kitab-kitab terdahulu, maka sebagaimana yang dikatakan Ibnu Katsir dalam tafsirnya dan juga pendapat Mujahid, bahwa semua ciri yang Allah sebutkan dalam permulaan surat ini saling berkaitan, tidak sah satu tanpa yang lain. Sebagaimana tidak sah iman seseorang terhadap yang ghaib tapi tidak mau bayar zakat, atau mengimani Al-Quran tapi tidak mengakui kewajiban shalat.
Inilah makna dari firman Allah SWT:

آمَنَ الرَّسُولُ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِ مِنْ رَبِّهِ وَالْمُؤْمِنُونَ ۚ كُلٌّ آمَنَ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْ رُسُلِهِ ۚ وَقَالُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا ۖ غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ
"Rasul (Muhammad) beriman kepada apa yang diturunkan kepadanya (Al-Qur'an) dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semua beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka berkata), “Kami tidak membeda-bedakan seorang pun dari rasul-rasul-Nya.” Dan mereka berkata, “Kami dengar dan kami taat. Ampunilah kami Ya Tuhan kami, dan kepada-Mu tempat (kami) kembali.” (QS. Al-Baqarah: 285)

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا آمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَالْكِتَابِ الَّذِي نَزَّلَ عَلَىٰ رَسُولِهِ وَالْكِتَابِ الَّذِي أَنْزَلَ مِنْ قَبْلُ ۚ وَمَنْ يَكْفُرْ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا بَعِيدًا
"Wahai orang-orang yang beriman! Tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya (Muhammad) dan kepada Kitab (Al-Qur'an) yang diturunkan kepada Rasul-Nya, serta kitab yang diturunkan sebelumnya. Barangsiapa ingkar kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sungguh, orang itu telah tersesat sangat jauh." (QS. An-Nisa: 136)

6. Ciri ke enam adalah percaya akan adanya akhirat.
Semua peristiwa akhirat dan alam setelah dunia ia yakini; hari kiamat, hari kebangkitan, padang Mahsyar, perhitungan, timbangan, surga, dan neraka.
وَالَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ وَبِالْآخِرَةِ هُمْ يُوقِنُونَ
"dan mereka yang beriman kepada (Al-Qur'an) yang diturunkan kepadamu (Muhammad) dan (kitab-kitab) yang telah diturunkan sebelum engkau, dan mereka yakin akan adanya akhirat." (QS. Al-Baqarah: 4)

Selesai di permulaan surat Al-Baqarah, mari kita buka surat ke tiga. Allah kemudian jelaskan ciri orang yang bertakwa di surat Ali Imran ayat 134 dan 135.
Di ayat 133 Allah awali dengan sebuah hadiah surga bagi orang-orang yang bertakwa.

7. Lalu Allah kembali jelaskan, siapa mereka?
Ciri ke tujuh dari orang yang bertakwa adalah orang yang berinfak baik di saat ia lapang maupun sempit. 
Saat kaya atau miskin. Punya banyak harta atau bahkan sedang butuh harta. Siang hari atau malam hari, terang-terangan atau sembunyi-sembunyi. Hobinya berinfak. Ia yakin betul pada sabda Nabi SAW: "Sedekah tidak akan mengurangi harta." (HR. Muslim no. 2558)

Dan sebelumnya sudah kita bahas bahwa tidak sempurna ibadah ritual tanpa disertai ibadah sosial. Maka syarat ketakwaan adalah baik dalam hal sosial. Kepada keluarga, tetangga, masyarakat, anak yatim, orang miskin, orang butuh, menyayangi yang muda, hormat pada yang tua, menjaga adab-adab, dan puncaknya adalah sempurnanya akhlak. “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang baik.” (HR. Al-Bukhari no. 273)

8. Ciri ke delapan adalah lanjutan ciri sebelumnya, orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan kesalahan orang lain.
Melawan nafsu emosi adalah ujian yang berat. Ujian yang berat selalu diimingi ganjaran yang besar pula. Olehnya, di akhir ayat ini Allah tegaskan bahwa cintanya untuk orang-orang yang mampu berbuat baik. Dicintai Allah, betapa agung ganjarannya!

Dan manusia banyak keliru pada poin ini. Ia berharap mendapat gelar takwa tapi lisannya tak pernah lepas dari menggunjing. Ia berharap predikat takwa tapi perangainya kasar. Ia berharap takwa tapi hatinya dengki pada orang lain. Bagaimana mungkin?
Tak ada ibadah ritual yang bisa dibanggakan tanpa ibadah sosial yang baik pula.
Mari renungkan hadits berikut:
Dari Abu Hurairah ra. bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Tahukah kalian siapakah orang yang bangkrut itu?” Mereka menjawab: “Orang yang bangkrut di kalangan kami adalah orang yang tidak memiliki uang dan tidak pula memiliki aset.” Rasulullah SAW kemudian bersabda: “Sesungguhnya orang yang bangkrut dari umatku adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan membawa pahala shalat, puasa, dan zakat. Namun ia juga datang dengan membawa dosa kezhaliman. Ia pernah mencerca si ini, menuduh tanpa bukti terhadap si itu, memakan harta si anu, menumpahkan darah orang ini dan memukul orang itu. Maka sebagai tebusan atas kedzalimannya tersebut, diberikanlah di antara kebaikannya kepada si ini, si anu dan si itu. Hingga apabila kebaikannya telah habis dibagi-bagikan kepada orang-orang yang dizhaliminya sementara belum semua kezhalimannya tertebus, diambillah dosa yang dimiliki oleh orang yang dizhaliminya itu lalu ditimpakan kepadanya, kemudian ia dicampakkan ke dalam neraka.” (HR Muslim no. 6522)
الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ ۗ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
"(yaitu) orang-orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan." (QS. Ali Imran: 134)

9. Ciri ke sembilan sebagai penutup, bahwa orang yang bertakwa adalah yang cepat-cepat bertaubat.
Setiap anak cucu Adam pernah berdosa, tapi sebaik-baik pendosa adalah yang bertaubat. Dan Allah adalah Dzat yang Maha Pengampun. Dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa-dosa selain Allah? Maka orang yang bertakwa ketika berbuat dosa, dia tahu ke mana harus meminta ampun. Segera ia ingat Allah dan segera bertaubat.

Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda yang diceritakan dari Rabbnya ‘azza wa jalla: “Ada seorang hamba yang berbuat dosa lalu dia mengatakan ‘Allahummagfirliy dzanbiy’ (Ya Allah, ampunilah dosaku).”
“Lalu Allah berfirman, ‘Hamba-Ku telah berbuat dosa, lalu dia mengetahui bahwa dia memiliki Rabb yang mengampuni dosa dan menghukumi setiap perbuatan dosa’. (Maka Allah mengampuni dosanya), kemudian hamba tersebut mengulangi lagi berbuat dosa, lalu dia mengatakan, ‘Ay robbi agfirli dzanbiy’ (Wahai Rabb, ampunilah dosaku).”
“Lalu Allah berfirman, ‘Hamba-Ku telah berbuat dosa, lalu dia mengetahui bahwa dia memiliki Rabb yang mengampuni dosa dan menghukumi setiap perbuatan dosa’. (Maka Allah mengampuni dosanya), kemudian hamba tersebut mengulangi lagi berbuat dosa, lalu dia mengatakan, ‘Ay robbi agfirli dzanbiy’ (Wahai Rabb, ampunilah dosaku).”
“Lalu Allah berfirman, ‘Hamba-Ku telah berbuat dosa, lalu dia mengetahui bahwa dia memiliki Rabb yang mengampuni dosa dan menghukumi setiap perbuatan dosa. Beramallah sesukamu, sungguh engkau telah diampuni." (HR. Muslim no. 2758).

Imam An-Nawawi dalam Syarah Muslim mengatakan bahwa yang dimaksudkan dengan ‘beramallah sesukamu’ adalah selama engkau berbuat dosa lalu bertaubat, maka Allah akan mengampunimu.

Imam An-Nawawi mengatakan, “Seandainya seseorang berulang kali melakukan dosa hingga 100 kali, 1000 kali atau lebih, lalu ia bertaubat setiap kali berbuat dosa, maka pasti Allah akan menerima taubatnya setiap kali ia bertaubat, dosa-dosanya pun akan gugur. Seandainya ia bertaubat dengan sekali taubat saja setelah ia melakukan semua dosa tadi, taubatnya pun sah.”

وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَىٰ مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ
"dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menzhalimi diri sendiri, (segera) mengingat Allah, lalu memohon ampunan atas dosa-dosanya, dan siapa (lagi) yang dapat mengampuni dosa-dosa selain Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan dosa itu, sedang mereka mengetahui." (QS. Ali Imran: 135)

Sungguh, betapa besar hadiah yang Allah siapkan bagi orang-orang yang bertakwa:
أُولَٰئِكَ عَلَىٰ هُدًى مِنْ رَبِّهِمْ ۖ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

"Merekalah yang mendapat petunjuk dari Tuhannya, dan mereka itulah orang-orang yang beruntung." (QS. Al-Baqarah: 5)
أُولَٰئِكَ جَزَاؤُهُمْ مَغْفِرَةٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَجَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا ۚ وَنِعْمَ أَجْرُ الْعَامِلِينَ
"Balasan bagi mereka ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Dan (itulah) sebaik-baik pahala bagi orang-orang yang beramal." (QS. Ali Imran: 136)

Sudahkah kita menjadi orang yang bertakwa? Semoga selepas Ramadhan kita benar-benar meraih visi terbesar dari Ramadhan, yaitu menjadi orang yang bertakwa, amiin.
_______
28 Ramadhan 1439 H.

Unknown

Aku adalah murid bagi siapa saja yang mau mengajarkanku kebaikan. Terima kasih telah berkunjung dan membaca. Silakan share jika bermanfaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar