Risalah Pernikahan



Allah takdirkan kita

Untuk berlabuh, bersama mengarungi samudra rumah tangga

Dalam bingkai ibadah nan panjang

Semoga taufik-Nya sentiasa menyertai

Maka lekaslah panjatkan doa yang dahulu dilafazkan Nabiyullah Nuh as dan yang diajarkan baginda Rasulullah saw:

Bismillaahi majreeha wa mursaaha inna robbii laghofuururrohiim..

Bismillaahi tawakkaltu ‘alallaahi laa hawla wa laa quwwata illa billah..

-------------------------------------

MENATA NIAT

Setiap amal, bobotnya ditentukan oleh niat, begitu pula menikah.

Hati mudah berubah-ubah, maka perlu ditilik dan ditata berulang kali agar tetap pada niat yang benar, lillahi ta’aala. Setelahnya, sebuah kearifan untuk memanjatkan doa pada Allah yang Maha membolak-balikkan hati agar ia tetap teguh pada orientasi yang diridhoi-Nya.

Mengikuti sunnah Nabi saw, memperbanyak umat Rasulillah saw, membangun keluarga yang islami yang akan menjadi pondasi peradaban umat, menjaga agama dan kehormatan diri, dan berharap dikaruniahi keturunan yang akan jadi investasi akhirat kelak adalah sekian dari orientasi menikah yang dianjurkan para ulama.

إِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى

“Sesungguhnya segala amal tergantung pada niatnya, dan (balasan) bagi setiap orang (tergantung) apa yang diniatkan.” (HR. Bukhori & Muslim)

PERJANJIAN YANG AMAT KUKUH

Mitsaaqon gholiizho adalah bentuk komitmen paling serius di hadapan Allah swt. Dalam lafazh pengucapannya pun berat tempat makhrajnya. Sampai-sampai perjanjian yang semisal pernah diambil dari para rasul ulul ‘azmi, Nuh, Ibrahim, Musa, Isa, hingga Muhammad saw.

وَإِذْ أَخَذْنَا مِنَ النَّبِيِّينَ مِيثَاقَهُمْ وَمِنْكَ وَمِنْ نُوحٍ وَإِبْرَاهِيمَ وَمُوسَىٰ وَعِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ ۖ وَأَخَذْنَا مِنْهُمْ مِيثَاقًا غَلِيظًا  (الأحزاب: 7)

“Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil perjanjian dari nabi-nabi dan dari kamu (sendiri) dari Nuh, Ibrahim, Musa dan Isa putra Maryam, dan Kami telah mengambil dari mereka perjanjian yang amat kukuh.” (QS. Al-Ahzab: 7)

Perjanjian ini pula yang terjadi antara Allah dengan Bani Israil hingga diangkatnya gunung Thursina, betapa agung. (QS. An-Nisa: 154)

Perjanjian antara suami-istri sedemikian kukuh, hingga bila kematian memisahkan mereka, maka mereka yang beriman dengan benar kelak akan digabungkan kembali di akhirat. (QS. Yasin: 56)

Beratnya komitmen ini sungguh tak dapat dipikul oleh mereka yang melangkah dengan orientasi duniawi, membawa beban dosa yang ia bawa terseret-seret, dan sekadar mencari kesenangan fana.

Maka langkah yang ditempuh setelah perjanjian agung ini adalah langkah menuju akhirat, langkah yang menapaki jalan taubat, dan perjalanan mencari ridho Ilahi.

KERIDHOAN DAN SURGA

Apa yang kita cari di tengah hiruk pikuk kehidupan dunia? Semua yang mencari akan linglung sebab ia kehilangan cahaya petunjuk, ia kehilangan satu-satunya yang berharga: ridho Ilahi.

اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ رِضَاكَ وَالْجَنَّةَ وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ سَخَطِكَ وَالنَّارِ

Maka ridho Allah yang mengantarkan kita pada surga adalah sebaik-baik tujuan berlabuhnya bahtera rumah tangga ini.

SEPARUH AGAMA

Imam Al-Ghozali bertutur: “Umumnya yang merusak agama seseorang ada dua hal, yaitu kemaluan dan perutnya. Menikah berarti telah menjaga diri dari salah satunya. Dengan menikah berarti seseorang membentengi diri dari godaan syaithon, membentengi diri dari syahwat (yang menggejolak) dan lebih menundukkan pandangan.”

Sebuah langkah agung saat kita memutuskan berlayar di bahtera ini. Bukankah selama ini begitu banyak jurang-jurang kemaksiatan yang hendak menjerumuskan kita di kala sendiri? Dunia yang berada di ujung zaman pun menjerumuskan kita masuk pada jalan yang buruk. Maka semoga pernikahan menutup celah-celah itu. Namun ingat, di depan akan ada badai gelombang yang juga siap menghantam. Maka, mari jaga separuhnya lagi.

إِذَا تَزَوَّجَ الْعَبْدُ فَقَدِ اسْتَكْمَلَ نِصْفُ الدِّيْنِ فَلْيَتَّقِ اللهَ فِي النِّصْفِ الْبَاقِي

"Ketika seorang hamba menikah, berarti dia telah menyempurnakan setengah agamanya. Maka bertaqwalah kepada Allah pada setengah sisanya.” (HR. Al-Baihaqi)

SALING MELENGKAPI

Pasangan bukan berarti akan temukan banyak kesamaan, boleh jadi perbedaanlah yang lebih banyak. Semua itu agar kita sadar dan ingat, hanya Allah lah yang besar, sempurna, dan kepada Dialah kita memohon pertolongan atas segala kurang.

وَمِنْ كُلِّ شَيْءٍ خَلَقْنَا زَوْجَيْنِ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ

“Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah.” (QS. Adz-Dzariyat: 49)

Ini adalah masa yang akan kita lalui dengan banyak belajar, mengerti satu sama lain, dan saling melengkapi.

يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْا ۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ

“Wahai manusia, sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui lagi Mahateliti.” (QS. Al-Hujurat: 13)

MENCIPTA KETENANGAN, CINTA, DAN RAHMAT

Allah memberi manusia potensi cinta dan kasih. Agar tumbuh dan berbuah, ia perlu dipupuk dan diasuh. Kesemuanya, hendaknya dicipta melalui kerjasama.

Naluri kecintaan pada pasangan itulah yang menjadikan manusia mampu meneruskan generasi dan membangun dunia ini. Maka betapa agung cinta yang timbul dan dirawat sedemikian.

وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” (QS. Ar-Rum: 21)

Tujuan pernikahan adalah meraih sakinah dengan pengembangan potensi mawaddah dan rahmah. Sakinah adalah lawan dari kegoncangan dan gejolak, apapun bentuknya. Sakinah adalah buah yang diperoleh setelah kesungguhan berjuang. Kalbu yang dihiasi kesabaran dan ketakwaan, membersihkannya dari sifat-sifat buruk dan tercela, mengobatinya dengan taubat dari segala dosa, mengganti yang buruk dengan yang baik, sebab sakinah adalah cahaya ilahi yang diturunkan Allah ke dalam kalbu. Bukankah setiap kita punya dorongan kebutuhan jiwa untuk meraih ketenangan?

إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ سَيَجْعَلُ لَهُمُ الرَّحْمَٰنُ وُدًّا

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, kelak Allah Yang Maha Pemurah akan menanamkan dalam (hati) mereka rasa kasih sayang.” (QS. Maryam: 96)

TAKWA DAN TUMBUHNYA CINTA

Tak ada yang namanya jatuh cinta, sebab cinta itu adalah energi yang ditumbuhkan, benihnya disemai, dirawat hingga ia tumbuh berbunga.

Aroma cinta tak bisa tercium hingga ia betul-betul mekar, bersemi dalam musim yang membutuhkan waktu.

Lalu apa yang menjadi energi penggerak agar cinta itu bergelora?

Jawabannya adalah takwa, sebab Allah lah yang memberi cinta suci, menyalakannya pada kalbu seseorang hingga ia hidup betumbuh.

Takwa yang menghadirkan cinta ditempa dengan kesabaran. Sabar yang berlandas takwa, bukan karena insan lain, maka sabarnya semata hanya untuk Allah.

Takwa yang menuai cinta diasah dengan ilmu. Ilmu yang dituntut sepanjang hayat, sebab ia tak ingin tenggelam dalam semangat cinta yang bodoh dan kekanak-kanakan.

Takwa yang menyemai cinta ditanam dengan kasih sayang. Sayang yang dibalut hangatnya cinta dari Ilahi, sebab cinta pada-Nya tak ada duanya.

Takwa inilah yang merawat cinta, hingga harumnya semerbak sampai ke surga.

وَاتَّقُوا اللَّهَ ۖ وَيُعَلِّمُكُمُ اللَّهُ

“Dan bertakwalah kepada Allah, niscaya Allah akan mengajarkanmu.” (QS. Al-Baqarah: 282)

وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْرًا

“Dan barang siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya.” (QS. At-Tholaq: 4)

UNTAIAN NASIHAT ILAHI

وَأَنكِحُوا۟ ٱلْأَيَٰمَىٰ مِنكُمْ وَٱلصَّٰلِحِينَ مِنْ عِبَادِكُمْ وَإِمَآئِكُمْ ۚ إِن يَكُونُوا۟ فُقَرَآءَ يُغْنِهِمُ ٱللَّهُ مِن فَضْلِهِۦ ۗ وَٱللَّهُ وَٰسِعٌ عَلِيمٌ

“Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak (menikah) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. An-Nur: 32)

وَعَاشِرُوهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ ۚ فَإِنْ كَرِهْتُمُوهُنَّ فَعَسَىٰ أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَيَجْعَلَ اللَّهُ فِيهِ خَيْرًا كَثِيرًا

“Dan bergaullah dengan mereka dengan cara yang patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena boleh jadi kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan kebaikan yang banyak padanya.” (QS. An-Nisa: 19)

لاَ يَفْرَكْ مُؤْمِنٌ مُؤْمِنَةً، إِنْ كَرِهَ مِنْهَا خُلُقًا رَضِيَ مِنْهَا آخَرَ.

“Janganlah seorang mukmin membenci mukminah. Apabila ia membencinya karena ada satu perangai yang buruk, pastilah ada perangai baik (darinya) yang ia sukai.” (HR. Muslim)

الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاءِ بِمَا فَضَّلَ اللَّهُ بَعْضَهُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ وَبِمَا أَنْفَقُوا مِنْ أَمْوَالِهِمْ ۚ فَالصَّالِحَاتُ قَانِتَاتٌ حَافِظَاتٌ لِلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللَّهُ

“Kaum laki-laki itu adalah pelindung bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang salehah, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, sebab Allah telah memelihara (mereka).” (QS. An-Nisa: 34)

واسْتَوْصُوا بالنِّساءِ خَيْرًا، فإنَّهُنَّ خُلِقْنَ مِن ضِلَعٍ، وإنَّ أعْوَجَ شيءٍ في الضِّلَعِ أعْلاهُ، فإنْ ذَهَبْتَ تُقِيمُهُ كَسَرْتَهُ، وإنْ تَرَكْتَهُ لَمْ يَزَلْ أعْوَجَ، فاسْتَوْصُوا بالنِّساءِ خَيْرًا.

“Dan berbuat baiklah kepada wanita. Sebab, mereka diciptakan dari tulang rusuk, dan tulang rusuk yang paling bengkok adalah bagian atasnya. Jika engkau meluruskannya, maka engkau mematahkannya dan jika engkau biarkan, maka akan tetap bengkok. Oleh karena itu, berbuat baiklah kepada wanita.” (HR. Bukhori & Muslim)

 

-------------------------------------

اللَّهُمَّ اجْمَعْ شَمْلَهُمَا وَأَلِّفْ بَيْنَهُمَا وَبَارِكْ خَطَوَاتِهِمَا

“Ya Allah, himpunlah apa yang masih terserak dalam jiwa mereka, satukanlah apa yang masih bertebaran. Sinarilah hati dan pikiran mereka dengan cahaya wajah-Mu, yang menyinari langit dan bumi. Berkahilah jejak dan langkah mereka dengan keberkahan-Mu yang melimpah di dunia dan di akhirat agar mereka selalu bergandengan tangan dalam pengabdian pada-Mu.”

 رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا

"Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Furqan: 74)

“Sekali layar terkembang, pantang biduk surut ke tepian”

Mari berlabuh, dengan menyebut asma-Nya.

***

Persembahan untuk istriku tercinta, Maliha, semoga menjadi bekal kita.

@rajimaulah

Aku adalah murid bagi siapa saja yang mau mengajarkanku kebaikan. Terima kasih telah berkunjung dan membaca. Silakan share jika bermanfaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar